RACHMAT Tobadiyana ingat betul kejadian gempa besar di Bantul, yogyakarta, empat tahun silam.

“PADI Pandan Wangi yang ditanam di lahan 25 ha itu baru berumur dua minggu,“ ujar kepala Dusun Serut, Desa Palbapang, Kecamatan Bantul, itu. Akibat gempa, tanaman padi di desanya terbengkalai selama sebulan. Saat Rachmat dan warganya kembali, tanaman padi organik itu tak sedikit pun terganggu. Malah 90 hari kemudian dipanen 180 ton padi organik.

Selama ditinggalkan, sawah-sawah itu tidak disiangi seperti yang biasa dilakukan saat padi menginjak umur 3-6 minggu. “kami tidak mungkin melakukannya karena masih tinggal di tenda pengungsian,’ ujar Rachmat yang menyebutkan hanya 17 dari sekitar 400 rumah di dusun itu utuh sendiri. Karena gempa, sistem irigasi juga lumpuh sehingga areal sawah kekeringan.

Ajakan Bupati Bantul Idham Samawi untuk kembali ke sawah agar sistem perekonomian lokal berjalan lagi, mendorong warga kembali mendatangi sawah yang tampak kekeringan dan penuh gulma. “tanaman tetap tumbuh bagus bahkan panen per hektar rata-rata 7,2 ton, “ kata Rachmat. Jumlah itu melebihi panen padi sebelumnya yang non organik, yakni berkisar 7 ton per hektar.

Pupuk kandang
Menurut Agung Gunawan, ketua II Masyarakat Pertanian Organik Indonesia (Maporina) D.I. Yogyakarta, hasil panen padi organik di Dusun Serut itu bagus lantaran pada awal tanam petani menggunakan pupuk kandang fermentasi. “dengan pupuk kandang yang di fermentasi selama empat minggu tidak terjadi endapan unsur fosfat yang menyebabkan tanah keras. Jadi, air dan unsur hara masih bias diserap tanaman, “ ujarnya.

Lahan pertanian di Indonesia mayoritas telah jenuh dengan berbagai unsur kimia yang terakumulasi puluhan tahun. Tanah menjadi keras sehingga sulit mengikat air dan unsur hara. Itu adalah ciri tanah jenuh pupuk. “ dari studi pada 2003 dan 2004 dijumpai kandungan bahan organik tanah sawah di Bantul kurang dari tiga persen sebagai dampak akumulasi pupuk dan pestisida kimia, “ kata Agung.

Pupuk kandang fermentasi membuat tanah mampu menangkap air. Selain itu, ia juga memasok bahan-bahan organik ke dalam tanah, yang mendorong organisme pendegradasi bahan organik seperti cacing tetap hidup dan berkembang biak.

Sertifikasi

Sejak 2007 silam, lahan padi organik di Dusun Serut telah mengantongi sertifikasi organik dari Indonesia Organic Farming Inspection and Certification (Inofice). Pola pertanian organik ini kemudian menjadi contoh bagi petani lain di wilayah Bantul dan daerah lain, seperti Sleman, Klaten, magelang, dan Kendal. Pada 2009, sebanyak tiga persen dari total 58000 hektar sawah di Yogyakarta menerapkan sistem organik.

Bantul yang terluas. Dari 16000 hektar lahan padi, lima persen diantaranya tersertifikasi organik. “ rencananya pada 2010 luas lahan organik ditingkatkan menjadi 10 persen”, ujar Agung yang juga direktur PT. MAS Organik, pemasar benih dan hasil padi organik.

Menurut Agung, pengertian organik bukan sekedar pada pupuk, melainkan juga menyangkut pada sarana dan prasarana seperti benih dan air. Benih padi ditanam merupakan varietas lokal, bukan hibrida.

Di Yogyakarta, varietas lokal Pandan Wangi, Menthik Wangi, dan Menthik Susu paling banyak ditanam. Jumlah penanam Rojolele dan beras hitam sedikit karena umur panen relatif lama, mencapai enam bulan.

Untuk menjaga mutu air sehingga tidak tercemar pestisida kimia atau zat pencemar lain, warga melakukan gotong royong dengan cara saling mengawasi. Karenanya sistem pertanian organik di Dusun Serut melibatkan seluruh anggota kelompok tani. Harap mafhum dengan luas kepemilikan lahan rata-rata hanya 0,03 ha/ orang, akan sulit mengontrol pengairan bila mereka bekerja sendiri-sendiri.

Seandainya gempa kembali mengguncang Bantul, padi organik dapat menjadi penyelamat perekonomian warga. Sumber Berita